Melihat Fenomena Generasi Muda Indonesia Krisis Identitas dalam Hermeneutika Sosial Budaya Schleiermecher

Melihat Fenomena Generasi Muda Indonesia Krisis Identitas 

dalam Hermeneutika Sosial Budaya Schleiermecher 

Oleh: Adinda Puspa Kirana (23105010033)

 

Indonesia sedang berada dalam posisi krisis identitas. Bagaimana tidak anak muda zaman sekarang seakan-akan mendewakan segala hal yang berbau Korea yang bermula setelah mereka menonton drama Korea. Budaya asing yang masuk ke Indonesia, dalam hal ini budaya Korea dianggap sebagai sebuah modernitas dan budaya kita Indonesia dianggap sebagai budaya yang kolot, kuno, ketinggalan jaman. Sehingga menimbulkan sebuah masalah yaitu krisis identitas budaya.

Generasi muda sekarang sedang tidak baik-baik saja. Mereka berlomba-lomba untuk menyerupai, menyamakan diri seperti idola korea. Mulai dari cara berpakaian, riasan, makanan, gaya hidup, hingga bahasa pun turut serta mereka samakan. Kemunculan tren ini dapat dikatakan semakin mengikis nilai nasionalisme. Rasa cinta terhadap budaya yang kita kalah terhadap rasa cinta budaya asing. 

Namun tak semuanya berdampak negatif, ada pula dampak positifnya. Salah satunya adalah meningkatnya minat generasi muda sekarang untuk memperluas ilmu pengetahuan  mereka dengan melanjutkan studi ke Korea. Ini merupakan kabar yang sangat baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dalam blog ini akan memberikan pembahasan dan diskusi menarik terkait budaya korea yang masuk ke-Indonesia dalam analisis hermeneutika sosial budaya F. Schleiermecher menggunakan model penelitian kepustakaan (library research).

 Dalam buku yang berjudul Seni Memahami Hermeneutika dari Schleiermacher sampai Derrida karya F. Budi Hardiman, hermeneutika dapat dikatakan sebuat seni. Hal ini terjadi sebab terdapat dua alasan mendasar. Sebab yang pertama yaitu karena bermula dari kondisi tanpa adanya persamaan interpretasi atau hingga kesalahpahaman bersama. Oleh sebab itu sebuah interpretasi membutuhkan usaha yang kompleks. Sebab kedua, usaha untuk menangani miskomunikasi tersebut dengan menggunakan prinsip-prinsip khusus. Seni dapat dipahami sebuah “keahlian” seperti yang bisa kita jumpai di seniman yang menghasilkan fine art.

Menurut Fahruddin Faiz, teks dalam hermeneutika tak hanya berupa tulisan saja, melainkan segala sesuatu yang dapat kita baca kita pahami. Simbol, mimik wajah, hingga warna pakaian yang dipakai oleh seseorang termasuk kedalam teks.

Titik awal dari hermeneutika Schleiermacher adalah miskonsepsi suatu situasi yang terjadi. Menurutnya terjadinya miskonsepsi tersebut disebabkan adanya prasangka kita dengan penulis. Bila dalam studi kasus drama Korea adalah miskonsepsi antara penulis naskah atau dramawan dengan penonton drama. Alur yang ditulis oleh penulis naskah dalam drama Korea berusaha untuk memperkenalkan budaya mereka. Iklim mereka yang dingin menyebabkan mereka menggunakan pakaian tebal berlapis-lapis, bentuk wajah mereka yang low visual cocok dengan riasan yang natural, dan minimnya intensitas paparan matahari yang menyebabkan kulit mereka cenderung lebih putih, serta masih banyak lagi. Semua itu dalam rangka memperkenalkan budaya, jika diterima tentunya mereka merasa senang karena usaha mereka membuahkan hasil dan tidak sia-sia. 

Pokok persoalan dalam hermeneutika ini, bagaimana mengatasi kontradiksi ruang dan waktu antara teks, penulis, dan pembaca untuk memperoleh maksud asli penulis teks tanpa adanya prasangka pembacanya. Dalam studi kasus krisis identitas ini, alangkah lebih tepatnya jika para generasi muda jaman sekarang menerima maksud dari penulis yaitu menerima budaya asing yang masuk tanpa mengesampingkan dan melupakan budaya kita, atau bahkan menganggap budaya kita budaya kuno, kolot, ketinggalan jaman. Boleh kok kita meniru dalam hal etos kerja yang tinggi, kegigihan dalam mengejar cita-cita pendidikan, dan upaya mereka dalam memperkenalkan budaya ke luar negeri. Nasib negeri kita ada ditangan para generasi muda. Generasi yang baik akan menciptakan negara yang maju dalam berbagai sektor, terutama pendidikan sesuai dengan cita-cita negara Indonesia dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4. 


DAFTAR PUSTAKA

Adeputri, A (2020). Pengaruh Tayangan K-Drama (Korea Drama) Terhadap Perbahan Gaya Hidup Remaja Komunitas Jogja K-Pop Family. Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Diakses dari https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43932/1/13540006_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

Hardiman, F. B (2015). Seni Memahami Hermeneutik dari Schleiermacher Sampai Derrida. Yogyakarta: Kanisius. http://103.44.149.34/elib/assets/buku/Seni_memahami_hermeneutik_.pdf

Sungkar,S.A (2021). Hermeneutika dan Perannya dalam Ilmu Sosial Budaya. https://jurnaldekonstruksi.id/index.php/dekonstruksi/article/view/28/13


Comments

Popular posts from this blog

Medalami Makna Poligami dalam Surah An-Nisa Ayat 3 Menggunakan Hermeneutika Al-Qur'an